➽ Syarat-syarat Perencanaan Jembatan
↝ Keselamatan
Tanggung jawab utama seorang perencana jembatan harus
mengedepankan keselamatanmasyarakat umum, dimana perencana harus mendapatkan
suatu jembatan yang memilikikeselamatan struktural (structural safety) yang memadai.
↝ Keawetan (durability)
Jembatan harus dibuat dari bahan yang berkualitas serta
menggunakan standar yang tinggidalam proses fabrikasi dan perakitannya.Bajastruktur
harus terlindung dari korosi, memiliki system lapis pelindung (coating)
atauproteksi katodik (cathodic protection) yang berusia panjang.Baja tulangan
dan bajaprategang pada komponen beton yang terekspos
udara atau airharus terlindung secaramemadai dengan salah satu
atau kombinasi dari pelindung epoxy dan/atau galvanis, selimutbeton, kepadatan
beton, komposisi kimia beton, pengecatan permukaan beton atau proteksikatodik.
Baja prategang di dalam selongsong harus di injeksi dengan graut (grouts) atautindakan lain
yang melindungi dari korosi. Bahan yang terbuat dari aluminium
harus diinsulasi secara elektrikal dari komponen baja dan beton.Perlindungan
juga harus tersedia untuk material yang mudah rusak akibat radiasi
sinar matahari dan polusi udara. Pertimbangan lebih harus diberikan
terkait dengan keawetanmaterial yang berhubungan langsung dengan tanah dan/atau
air.Jembatan harus dirancang untuk dapat meminimalkan pengaruh
yang dapat mempercepatkerusakan pada komponen akibat bentuk dangeometri
elemen yang ada (self-protecting measures). Sebagai contoh, tindakan
berikut ini dapat dilakukan, namun tidak terbatas padahal tersebut saja
misalnya, menyediakan kemiringan yang cukup pada permukaan atas pilar dan
kepala jembatan untuk dapat mengeluarkan air yang turun akibat
penggunaansambungan lantai tipe terbuka.
↝ Mudah diperiksa (inspectability)
Tangga inspeksi, jalan pemeriksaan, catwalk, lubang pemeriksaan
yang tertutup,aksespenggantian lampu penerangandan sebagainyaharus
disediakanketika tujuan pemeriksaandinilai tidakmudah diperoleh.
↝ Mudah dipelihara
(maintainability)
Sistem struktur tertentu yang diperkirakan kegiatan
pemeliharaannya sulit dilakukan harusdihindari.Daerah di sekitar dudukan perletakan
dan di bawah sambunganlantai harus dirancang untukpendongkrakkan, pembersihan,
perbaikan dan penggantian perletakan dan sambungan.Titik pendongkraka harus di
tentukan dalam rencanan dan struktur harus dirancang untukgaya pendongkrakan
yang diperlukan. Lubang-lubang (cavities) dan sudut-sudut yang dapatmengundang
manusia atau hewan harus dihindari atau dibuat tertutup.
↝ Keamanan dan kenyamanan
pengguna (rideability)
Lantai jembatan harus dirancang untuk menghasilkan
pergerakanlalu lintasyang mulus.Pada jalan yang diperkeras, pelat injak (structural
transition slab) harus dipasang diantara jalan pendekat dan kepala
jembatan.Sudut pada sambungan lantai beton yang terlewati olehlalu
lintasharus dilindungi darikemungkinan tergerus atau gompal. Apabila
lantai beton tanpalapis permukaan aspaldigunakan, pertimbangan harus diberikan
untuk menyediakan ketebalan tambahan+10 mmuntuk keperluan penyesuaian profil
lantai dengan cara penggerindaan (grinding) dan sebagaikompensasi berkurangnya
ketebalan akibat tergerus.
↝ Utilitas
Jika diperlukan perlengkapan harus dibuat untuk mendukung
dan memelihara tempatterpasangnya utilitas.
↝ Perubahan bentuk
(deformation)
Jembatan harus direncanakan sedemikan rupa untuk menghindari
pengaruh struktural danpsikologi yang tidak diinginkanakibat perubahan bentuk
yang terjadi.Dalam hal iniperhitungan tambahan juga harus diberikan pada
jembatan bersudut (skewed), batasanlendutan ijin berdasarkan bahan jembatan dan
tipe struktur.
↝ Pertimbangan pelebaran di masa depan
Untuk keperluan inipada embatan gelagar, kapasitas balok
terluar (exterior beams) harusdihitung setara dengan balok lainnya (interior
beams) kecuali jika diasumsikan tidakmungkin/tidak akan
untuk dilakukan pelebaran jembatan di masa yang akan datang. Untukhal yang
sama,pertimbangan pada saat perencanaan bangunan bawah juga perludilakukan
untuk memungkinkan menerima beban pada kondisi jembatan yang telahdiperlebar.
↝ Kemudahan dikerjakan
(constructability)
Suatu jembatan tidak hanya harus dapat direncanakan dengan
baik, namun juga harusdapat dilaksanakan/dibangun, oleh karena itu seorang
perencana juga harus memilikiwawasan tentang teknik-teknik konstruksi jembatan dan
komponen komponennya sehinggagambar yang diterbitkan dari proses perencanaan
dapat dilaksanakan.
↝ Ekonomis
Desain atau rencana yang baik akan memperhatikan faktor
ekonomisdari sumber pendanaan untuk pelaksanaan jembatan tersebut kelak
setelah selesai direncanakan.Pemilihan tipe bangunan atas,penentuan jumlahdan
panjangbentang dan sebagainya akan menentukan seberapa besar biaya
yang diperlukan untuk membangun jembatan tersebut.Tipe jembatan serta komponen
yang digunakan juga menentukan besar kecilnya life cyclecost dari
jembatan. Biaya total jembatan (total cost) akan mencakup biaya awalpembangunan
(initial cost), biaya pengoperasian (operational cost) dan biayapemeliharaan/penggantian
komponen (maintenance cost) yang harus menjadi pertimbanganpada saat perencanaan
jembatan.
↝ Estetika
Suatu jembatan pada umumnya memiliki nilai estetika karena
memiliki bentuk yang unikdibandingkan bangunan di sekitarnya. Pada saat
perencanaan jembatan, pertimbanganestetika dapat dipilih untuk menentukan
bentuk visual jembatan yang diinginkan. Hal sepertiini biasanya terjadi pada
suatu daerah yang menginginkan jembatan menjadi ciri khas (landmark) dari
daerah tersebut.
SNI 03-1725-1989, Pedoman perencanaan pembebanan jembatan
jalan raya.
SNI 2838:2008, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk
jembatan
SNI 03-2850-1992, Tata carapemasanganutilitas di jalan
RSNI T-02-2005, Standar pembebanan untuk jembatan.
RSNI T-03-2005, Standar perencanaan struktur bajauntuk
jembatan
RSNI T-12-2004, Standar perencanaan struktur beton untuk
jembatan
Pd-T-13-2004-B, Pedoman penempatan utilitas pada daerah
milik jalan
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/SE/M/2010
tentang peta gempa 201
Bangunan Atas Jembatan (upper stucture)
Bangunan atas terletak pada bagian atas konstruksi yang menopang beban-beban akibat lalu lintas kendaraan, orang, barang atupun berat sendiri dan konstruksi.
a. Tiang sandaran
Berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat rasa aman bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya. Tiang sandaran dengan trotoar terbuat dari beton bertulang dan untuk sandarannya dari pipa galvanis.
b. Trotoar
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 1,0–1,5 meter dan dipasang pada bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb) dipasang lis dari baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda kendaraan.
c. Lantai Trotoar
Lantai trotoar adalah lantai tepi dari plat jembatan yang berfungsi menahan beban-beban yang terjadi akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar, dan pejalan kaki.
d. Lantai Kendaraan
Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang melalui gelagar-gelagar melintang. Pelat lantai dari beton ini mempunyai ketebalan total 20 cm.
e. Balok Diafragma
Balok diafragma adalah merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang dan tidak memikul beban plat lantai dan diperhitungkan seperti balok biasa.
f. Gelagar
Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut, sedangkan besarnya balok memanjang tergantung dari panjang bentang dan kelas jembatan.
Bangunan Bawah Jembatan
Bangunan bawah pada umunya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya menerima/memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkannya ke pondasi.
a. Kepala jembatan (Abutment)
Bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah. Bentuk umum abutment yang sering dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung bangunan atas, tetapi yang paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya dukung tanah dasar dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi seperti dinding atau tembok.
b. Plat injak
Plat injak adalah bagian dan bangunan jembatan bawah yang berfungsi untuk menyalurkan beban yang diterima diatasnya secara merata ke tanah dibawahnya dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada permukaan jalan.
c. Pondasi
Pondasi adalah bagian dan jembatan yang tertanam didalam tanah. Fungsi dari pondasi adalah untuk menahan beban bangunan yang berada di atasnya dan meneruskannya ke tanah dasar, baik kearah vertikal maupun kearah horizontal. Dalam perencanaan suatu konstruksi atau bangunan yang kuat, stabil dan ekonomis, perlu diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:
- Daya dukung tanah serta sifat-sifat tanah.
- Jenis serta besar kecilnya bangunan yang dibuat.
- Keadaan lingkungan lokasi pelaksanaan.
- Peralatan yang tersedia.
- Waktu pelaksanaan yang tersedia.
Pondasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Pondasi Dangkal (Pondasi Langsung)
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bagian bawah secara langsung pada tanah. Pondasi ini dapat dibagi menjadi:
- Pondasi Menerus (Continous Footing)
- Pondasi Telapak (Footing)
- Pondasi Setempat (Individual Footing)
2. Pondasi Dalam (Pondasi Tak Langsung)
Pondasi dalam adalah beban pondasi yang dipikul akan diteruskan kelapisan tanah yang mampu memikulnya. Untuk menyalurkan beban bangunan tersebut kelapisan tanah keras maka dibuat suatu konstruksi penerus yang disebut pondasi tiang atau pondasi sumuran.
Pondasi dalam terdiri dari:
- Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman > 8 meter, yang berdasarkan tes penyelidikan dilapangan.
- Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran digunakan bila tanah pendukung berada pada kedalaman 2-8 meter. Bentuk penampang pondasi ini adalah bundar, segi empat dan oval.
d. Dinding Sayap (Wing Wall)
Dinding sayap adalah bagian dan bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah terhadap jembatan.
e. Landasan/Perletakan
Menurut Agus Iqbal Manu landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan bawah. Menurut fungsinya dibedakan landasan sendi (fixed bearing) dan landasan gerak (movable bearing).
➽ Bentuk-bentuk Jembatan
1. Jembatan Alang (Beam Bridge)
Jembatan alang adalah struktur jembatan yang sangat sederhana dimana jembatan
hanya berupa balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang pada kedua
pangkalnya. Asal usul struktur jembatan alang berawal dari jembatan balok kayu
sederhana yang di pakai untuk menyeberangi sungai. Di zaman modern, jembatan
alang terbuat dari balok baja yang lebih kokoh. Panjang sebuah balok pada
jembatan alang biasanya tidak melebihi 250 kaki (76 m). Karena, semakin panjang
balok jembatan, maka akan semakin lemah kekuatan dari jembatan ini. Oleh karena
itu, struktur jembatan ini sudah jarang digunakan sekarang kecuali untuk jarak
yang dekat saja. Jembatan alang terpanjang di dunia saat ini adalah jembatan
alang yang terletak di Danau Pontchartrain Causeway di selatan Louisiana,
Amerika Serikat. Jembatan ini memiliki panjang 23,83 mil (38,35 km), dan lebar
56 kaki (17 m).
2. Jembatan Penyangga (Cantilever
Bridge)
Berbeda dengan jembatan alang, struktur jembatan penyangga berupa balok
horizontal yang disangga oleh tiang penopang hanya pada salah satu pangkalnya.
Pembangunan jembatan penyangga membutuhkan lebih banyak bahan dibanding
jembatan alang. Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah
pembuatan jembatan apabila keadaan tidak memungkinkan untuk menahan beban
jembatan dari bawah sewaktu proses pembuatan. Jembatan jenis ini agak keras dan
tidak mudah bergoyang, oleh karena itu struktur jembatan penyangga biasanya
digunakan untuk memuat jembatan rel kereta api. Jembatan penyangga terbesar di
dunia saat ini adalah jembatan penyangga Quebec Bridge di Quebec, Kanada.
Jembatan ini memiliki panjang 549 meter (1.801 kaki).
3. Jembatan Lengkung (Arch Bridge)
Jembatan lengkung memiliki dinding tumpuan pada setiap ujungnya. Jembatan lengkung
yang paling awal diketahui dibangun oleh masyarakat Yunani, contohnya adalah
Jembatan Arkadiko. Beban dari jembatan akan mendorong dinding tumpuan pada
kedua sisinya.
4. Jembatan Gantung (Suspension
Bridge)
Dahulu, jembatan gantung yang paling awal digantungkan dengan menggunakan tali
atau dengan potongan bambu. Jembatan gantung modern digantungkan dengan
menggunakan kabel baja. Pada jembatan gantung modern, kabel menggantung dari
menara jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk peti terbalik
yang digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam (ruangan di
air yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). Caisson atau cofferdam
akan ditanamkan jauh ke dalam lantai danau atau sungai. Deck/ lantai jembatan
di tahan oleh kabel vertikal yang dihubungkan pada kabel suspensi di atasnya.
Kabel suspensi adalah bagian terpenting dari jembatan bersuspensi, karena
fungsinya adalah menahan beban lantai jembatan yang nantinya diteruskan ke
tumpuan yang ada di ujung jembatan. Kabel suspensi ini juga didukung oleh suatu
menara yang tugasnya membawa berat daripada Dek jembatan. Jenis jembatan ini
pada awalnya digunakan dalam medan pegunungan. Daerah yang pertama kali
membangun jembatan jenis ini adalah di sekitar Tibet dan Bhutan. Jembatan
gantung terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Akashi Kaikyo di Jepang.
Jembatan ini memiliki panjang 12.826 kaki (3.909 m) .
Jembatan
Suspensi ini juga dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a.
Jembatan
Suspensi Sederhana (Simple Suspension Bridge)
jenis ini adalah
tipe pertama dari Jembatan Suspensi yang telah dibangun. Jangkar di kedua
sisinya mendukung dek/ lantai jembatan dan tidak memiliki menara/dermaga untuk
dukungan tambahan di tengahnya. Jembatan ini biasanya memiliki busur ke atas
dan ke bawah, yang terbentuk karena dek/ lantai jembatan. Jembatan ini termasuk
jembatan fleksibel yang didukung oleh kabel suspensi. Jenis jembatan ini tidak
digunakan untuk menahan beban yang sangat berat karena lantai jembatan memiliki
kapasitas beban yang terbatas, biasanya hanya pejalan kaki yang hendak
menyeberang sungai, lembah maupun jurang.
b.
Underspanned
Suspension Bridge
Jenis Jembatan
Gantung ini juga dikenal sebagai jembatan gantung dek atas. Struktur jembatan
ini berbeda dengan pendahulunya, jembatan gantung sederhana. Dek / lantai
jembatan ini berada di atas kabel utamanya. Jembatan jenis ini sangat jarang
dibangun karena tidak memiliki kestabilan dikarenakan kabel utamanya yang
berada di bawah dek jembatan. Tumpuan kabel utama dari jembatan ini sama
seperti jembatan suspensi sederhana (Simple Suspension Bridge) yaitu pada ujung
ujung jembatan, ditanam ke dalam tanah.
c.
Stressed Ribbon Bridge
Struktur
dari jembatan ini mirip dengan Jembatan Gantung Sederhana. Kabel sebagai unsur
struktur penahan ditanam di Dek. Dek/ lantai jembatan tersebut membentuk huruf
“U” pada bentang antar tumpuannya. Ini terbentuk karena Kabel/pita dikenai
kompresi, dengan begitu jembatan ini menjadi kaku dan tidak bergoyang atau
memantul. Jembatan ini dibuat dengan memperkuat beton dengan diberi kabel
tegangan baja. Ini adalah salah satu jenis jembatan suspensi terkuat dan juga
bisa digunakan untuk lalu lintas kendaraan.
d.
Suspended Deck Suspension Bridge
Jembatan
ini juga disebut jembatan gantung yang paling umum digunakan dari beberapa
jenisnya. Menggunakan kabel suspensi yang ditanam di tanah. Suspender jembatan
ini menyuport dek/ lantai jembatan yang ada di bawah kabel suspensi utama. Dek
jembatan ini dibuat kaku dan bisa dilalui oleh kendaraan berat dan lalu lintas
rel. Jembatan ini juga menggunakan menara/ tiang untuk membantu kabel suspensi
menyalurkan beban ke pondasi jembatan.
e.
Self Anchored Suspension Bridge
Jembatan ini hampir sama dengan jembatan berjenis Suspended Deck Suspension
Bridge. Bedanya hanya pada penanaman ujung kabel suspensi utama. Ujung dari
kabel suspensi utama dari jembatan gantung ini melekat pada masing masing ujung
dek dan tidak ditanam ke tanah melainkan menggunakan jangkar buatan untuk menanamnya.
Untuk itu jembatan jenis ini sangat cocok dibangun pada daerah yang tidak
mempunyai struktur tanah yang stabil dan sulit membuat penahan jembatan.
Seperti contoh di Negara Jepang.
Jembatan Suspensi sangat
banyak memiliki kelebihan. Dia jauh lebih fleksibel, karena dia mampu menahan
gempa dan kekuatan alam lainnya. Garis garis yang dibuat oleh kabel utama
maupun kabel vertikalnya membuat jembatan ini terkesan ramping dan memiliki
estetika yang menarik.
5. Jembatan Kabel-Penahan (Cable-Stayed
Bridge)
Seperti jembatan gantung, jembatan kabel-penahan ditahan dengan menggunakan
kabel. Namun, yang membedakan jembatan kabel-penahan dengan jembatan gantung
adalah bahwa pada sebuah jembatan kabel-penahan jumlah kabel yang dibutuhkan lebih
sedikit dan menara jembatan menahan kabel yang lebih pendek. Jembatan
kabel-penahan yang pertama dirancang pada tahun 1784 oleh CT Loescher. Jembatan
kabel-penahan terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Sutong yang melintas
di atas Sungai Yangtze di China.
6. Jembatan Kerangka (Truss
Bridge)
Jembatan kerangka adalah salah satu
jenis tertua dari struktur jembatan modern. Jembatan kerangka dibuat dengan
menyusun tiang-tiang jembatan membentuk kisi-kisi agar setiap tiang hanya
menampung sebagian berat struktur jembatan tersebut. Kelebihan sebuah jembatan
kerangka dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya adalah biaya pembuatannya
yang lebih ekonomis karena penggunaan bahan yang lebih efisien. Selain itu,
jembatan kerangka dapat menahan beban yang lebih berat untuk jarak yang lebih
jauh dengan menggunakan elemen yang lebih pendek daripada jembatan alang. Jembatan
rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa segitiga. Elemen
rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap batang hanya
menerima gaya aksial tekan atau tarik saja.
7.
Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge)
Jembatan beton prategang merupakan
suatu perkembangan mutakhir dari bahan beton. Pada Jembatan beton prategang
diberikan gaya prategang awal yang dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang
terjadi akibat beban. Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua
sistem yaitu post tensioning dan pre tensioning.
Pada sistem post tensioning tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah
beton mengeras dan transfer gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan
dengan penjangkaran di ujung gelagar. Pada pre tensioning beton
dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu
dan transfer gaya prategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan
tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien karena analisa penampang
berdasarkan penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi bentang
jembatan 20 - 40 meter.
8.
Jembatan Box Girder
Jembatan box girder umumnya
terbuat dari baja atau beton konvensional maupun prategang. box girder terutama
digunakan sebagai gelagar jembatan, dan dapat dikombinasikan dengan sistem
jembatan gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung.
Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang tinggi
dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya rongga
ditengah penampang. box girder dapat diproduksi dalam berbagai
bentuk, tetapi bentuk trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di
tengah box memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar
penampang beton. Jenis gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar
segmental, yang kemudian disatukan dengan sistem prategang post
tensioning. Analisa fullprestressing suatu desain dimana
pada penampang tidak diperkenankan adanya gaya tarik, menjamin kontinuitas dari
gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang
bentang 20 – 40 meter.
➽ Beban yang Bekerja dalam Perencanaan Struktur Jembatan
a. Beban Primer
1. Beban mati, adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989). Salam menentukan besarnya muatan mati harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan. Contoh beban mati pada jembata; berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata, berat plesteran dll.
2. Beban hidup, yang termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas dan atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan.
3. beban kejut, diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya.
b. Beban Sekunder
1. Beban gaya rem (TB), pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.
2. Gaya akibat perbedaan suhu, untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul akibat pengaruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah dari selisih antara temperatur maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada lantai jembatan.
3. Beban gempa (EQ)
4. Beban angin (EW)
c. Beban Khusus
Beban khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang hanyut dibawa oleh aliran sungai.
Nama: Philar Biga Pratama
NPM: 15316755
Kelas: 3TA02
Dosen: I Kadek Bagus Widana Putra
FTSP GUNADARMA: https://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil
GUNADARMA: https://www.gunadarma.ac.id
0 Komentar